Monday, 10 April 2017
On April 10, 2017 by zainuddin in berita Islam No comments
Kitab Jenazah
untuk kali ini saya akan mencoba memberikan sedikit pemahaman tentang bagaimanakah cara perawatan Jenazah itu sendiri di lihat dari bebrapa hadits yang kuat mengenai perawatan jenazah tersebut sehingga kita tidak lagi keliru apa yang kita lakukan mengenai hal tersebut
Bab Ke- 1: Mengenai Jenazah dan Orang Yang Akhir Ucapannya.
"Laa Ilaaha Illallah"
Ditanyakan kepada Wahab bin Munabbih, "Bukankah laa ilaaha
illallah itu merupakan kunci surga?" Wahab menjawab, "Benar, tetapi
tidak dinamakan kunci kalau tidak mempunyai gigi. Jadi, jika kamu datang dengan
membawa kunci bergigi tentu kamu akan dibukakan, dan jika tidak demikian, pasti
tidak dibukakan untukmu."[1]
629. Abdullah (bin Mas'ud) berkata, "Rasulullah bersabda
(dengan suatu kalimat, sedang aku berkata lain. Nabi bersabda), 'Barangsiapa
yang meninggal dunia sedangkan dia menyekutukan Allah dengan sesuatu (dalam
suatu riwayat: Barangsiapa meninggal dunia sedangkan dia menyeru sekutu selain
Allah), maka dia masuk neraka. Barangsiapa yang meninggal dunia sedangkan dia
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun (dalam riwayat lain: Barangsiapa
yang meninggal dunia sedangkan dia tidak menyeru kepada sekutu selain Allah),
maka ia masuk surga."[2]
Bab Ke-2: Perintah Mengantarkan Jenazah
630. Al-Bara' berkata, "Nabi menyuruh kami dengan tujuh hal
dan melarang kami dari tujuh hal. Beliau menyuruh kami mengiringkan jenazah,
menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang dianiaya (dalam
satu riwayat: membantu orang yang lemah dan menolong orang yang teraniaya,
tanpa menyebut memenuhi undangan 7/128), melaksanakan sumpah, menjawab (dalam
satu riwayat: menyebarkan 6/143) salam, dan mendoakan orang yang bersin. Beliau
melarang kami dari tujuh hal yaitu bejana perak, cincin emas, sutra murni,
katun campur sutra, dan sutra tebal (dan dalam satu riwayat: sutera tipis
7/124), (dan menaiki pelana sutra di atas keledai 7/48)."
631. Abu Hurairah r.a. berkata, "Aku mendengar Rasulullah
bersabda, 'Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya itu ada lima perkara.
Yaitu, menjawab salam, menjenguk orang yang sakit, mengantarkan jenazah,
mengabulkan undangan, dan mendoakan orang yang bersin."
Bab Ke-3: Melihat Wajah Mayat Apabila Ia Sudah Dibungkus dalam Kafannya
632. Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Abu Bakar keluar[3] (dari sisi Nabi saw.), sedang
Umar ingin menyatakan ucapannya kepada orang banyak. Lalu Abu Bakar berkata,
"Duduklah, hai Umar." Umar tidak mau duduk. Abu Bakar berkata lagi,
"Duduklah." Akan tetapi, Umar tetap tidak mau duduk. Kemudian Abu
Bakar mengucakan syahadat. Orang-orang memperhatikan apa yang diucapkan
olehnya, dan mereka tinggalkan Umar. Kemudian Abu Bakar berkata,
"Barangsiapa di antara kamu menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad
telah wafat. Tetapi, barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah[4] itu Maha hidup dan tidak akan
pernah mati. Sesungguhnya Allah ta'ala berfirman, "Wa maa Muhammadun illa
rasuulun 'sampai' syaakiriin." Ibnu Abbas berkata, "Demi Allah, aku
melihat orang-orang itu seakan-akan tidak pernah mengetahui bahwa sesungguhnya
Allah telah menurunkan ayat ini, sehingga dibaca oleh Abu Bakar r.a.. Kemudian
diterimalah ayat itu oleh orang-orang dari Abu Bakar. Maka, tiada seorang pun
yang mendengar ayat itu dibaca, melainkan ia juga ikut membacanya."[5]
633. Ummul Ala' (dan dia adalah 8/77) seorang wanita Anshar yang berbai'at dengan Nabi saw berkata, "Ketika dilakukan pembagian untuk penempatan kaum Muhajirin dengan cara undian, maka jatuh undian bagi Utsman bin Mazh'un kepada kami (di perumahan, ketika orang-orang Anshar berundi untuk penempatan kaum Muhajirin). Lalu, kami tempatkan dia di rumah-rumah kami. Kemudian dia jatuh sakit yang membawa kematiannya di rumah itu, (lalu kami rawat dia). Setelah dia meninggal dunia, dimandikan, dan dikafani di dalam kainnya, maka masuklah Rasulullah. Kemudian aku berkata, 'Rahmat Allah pasti dicurahkan atasmu wahai Abu Saib, aku bersaksi bahwa Allah pasti memuliakanmu.' Lalu Nabi bersabda, 'Siapakah yang memberitahukan kepadamu bahwa Allah pasti memuliakannya?' Aku menjawab, '(Aku tidak tahu, demi Allah), kutebus engkau dengan ayah (dan ibuku) wahai Rasulullah, siapakah gerangan orang yang dimuliakan oleh Allah?' Beliau bersabda, 'Dia (demi Allah 4/265), telah meninggal dunia, dan demi Allah aku berharap semoga dia mendapatkan kebaikan. Demi Allah aku tidak tahu, padahal aku adalah utusan Allah, apa yang akan diperbuat terhadap diriku (dalam satu riwayat: terhadapnya[6]) dan terhadap kalian.' Maka, demi Allah, sesudah itu aku tidak pernah lagi menganggap suci terhadap seseorang." (Dia berkata, "Hal itu menyedihkan hatiku." Dia berkata, "Lalu aku tidur, kemudian aku bermimpi melihat mata air mengalir kepada Utsman. Kemudian aku datang kepada Rasulullah memberitahukan hal itu, lalu beliau bersabda, 'Itu adalah amalnya yang mengalir untuknya.'")
634. Jabir bin Abdullah r.a. berkata, "Ketika ayahku terbunuh, (dalam satu riwayat: dia berkata, 'Ayahku yang terbunuh pada hari Perang Uhud dengan diperlakukan sadis dan dibawa ke hadapan Rasulullah dalam keadaan sudah ditutup kain, maka aku ingin) membuka kain dari wajahnya dan aku menangis. Orang-orang melarangku. Kemudian aku hendak membukanya, tetapi kaumku melarangku, sedang Nabi tidak melarangku. Lalu Rasulullah memerintahkan supaya jenazah ayah diangkat. Bibiku Fathimah menangis (dalam satu riwayat: Nabi mendengar suara tangis seorang wanita, lalu beliau bertanya, 'Siapakah ini?' Orang-orang menjawab, 'Anak wanita atau saudara wanita Amr.') Nabi bersabda, 'Kamu menangis ataupun tidak, malaikat senantiasa menaunginya dengan akup-akupnya hingga kalian mengangkatnya.'"
Bab Ke-4: Orang yang Mengabarkan Sendiri Kematian Orang Lain
kepada Keluarganya
635. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw memberitakan
kematian Najasyi (Raja Habasyah 2/90) pada hari kematiannya. (Dan 2/91) beliau
mengajak mereka keluar ke mushalla, (kemudian beliau maju ke depan 2/88), lalu
mengatur shaf mereka (di belakang beliau) dan takbir empat kali. (Dan beliau
bersabda, "Mintakanlah ampun kepada Allah untuk saudaramu." 4/246).
Bab Ke-5: Memberitakan Kematian Seseorang
Abu Rafi' berkata dari Abu Hurairah r.a., bahwa dia berkata, "Nabi bersabda, 'Mengapa kalian tidak memberitahukan kematian orang itu kepadaku?'"[7]
637. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Ada seseorang meninggal,
yang biasa dikunjungi Rasulullah waktu dia sakit. Dia meninggal malam hari, dan
dikuburkan malam itu juga. Keesokan harinya, para sahabat mengabarkannya kepada
Rasulullah. Kemudian beliau bertanya, 'Apakah yang menghalangi kalian untuk
memberitahukanku?' Mereka menjawab, 'Hari sudah malam lagi pula gelap, kami
tidak suka menyulitkan engkau.' Lalu beliau pergi ke kuburnya. Kemudian beliau
shalat (gaib) atas orang yang meninggal itu."
Bab Ke-6: Keutamaan Orang yang Kematian Anaknya Lalu Ia Bersabar
dan Ridha. Allah Berfirman, "Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar."
638. Anas bin Malik r.a. berkata, "Nabi bersabda, 'Tidak
ada seorang muslim yang ditinggal mati oleh tiga orang anak nya yang belum
balig kecuali Allah akan memasukkannya ke surga karena anugerah rahmat Nya
kepada mereka.'"
639. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, 'Tiada seorang pun dari orang muslim yang ditinggal mati oleh tiga anaknya (yang belum balig)[8] lalu ia masuk ke dalam neraka, kecuali hanya sekadar waktu yang lamanya seperti membebaskan diri dari sumpah." Abu Abdillah mengatakan dengan mengutip firman Allah, "Tiada seorang pun dari kamu melainkan akan mendatangi neraka itu."
Bab Ke-7: Ucapan Seorang Laki-Laki kepada Orang Wanita di Kubur,
"Bersabarlah."
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Anas yang tercantum pada
'93-AL-AHKAM/10-BAB'.")
Bab Ke-8: Memandikan Mayit dan Mewudhuinya dengan Air Bercampur
Sidr
Abdullah bin Umar r.a. memberikan wangi-wangian sewaktu
memandikan anak Said bin Zaid yang meninggal dunia. Ia membawa anak itu,
menshalati, dan Abdullah bin Umar tidak berwudhu lagi.[9]
Abdullah bin Abbas berkata, "Orang Islam itu tidak najis,
baik masih hidup maupun setelah meninggal dunia."[10]
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah yang akan disebutkan sesudah
ini.")
Bab Ke-9: Disunnahkan Memandikan dengan Hitungan Ganjil
640. Ummu Athiyah r.a. (seorang wanita Anshar yang turut
berbai'at, yang datang ke Bashrah untuk mencari anak nya, tetapi tidak
menemukannya 2/74) berkata, "Rasulullah masuk kepada kami ketika kami
sedang memandikan putri beliau seraya bersabda, 'Mandikanlah dengan siraman
yang ganjil, yaitu tiga kali, lima kali (tujuh kali), atau lebih banyak dari
itu-jika kamu memandang perlu-dengan menggunakan air dan daun bidara. Berilah
kapur barus di akhir kalinya.' Beliau bersabda kepada kami ketika kami hendak
memandikannya, 'Mulailah dengan anggota badan bagian kanan dan anggota-anggota
wudhunya. Jika telah selesai, maka beritahukanlah aku.' Ketika kami telah
selesai, kami memberi tahu beliau. Lalu, beliau memberikan sarung beliau kepada
kami seraya bersabda, 'Pakaikanlah (sarung ini) kepada nya.' (Dan beliau tidak
menambah dari itu, dan aku tidak mengetahui putri beliau yang mana dia itu).
Kami sisir dia (dan dalam satu riwayat: lalu kami ikat rambutnya) tiga ikatan.
(Dan dalam satu riwayat: Ummu Athiyah berkata, 'Mereka uraikan rambutnya,
kemudian mereka mandikan, lalu mereka ikat menjadi tiga.) (Sufyan berkata,
'Pada dua ubun-ubunnya dan dua tanduknya.' 2/75). Lalu, kami letakkan rambutnya
ke belakang." (Dan Ayyub memperkirakan agar memakaikan pakaian beliau
kepadanya. Begitulah Ibnu Sirin memerintahkan agar mayat wanita dikenakan
padanya pakaian dan tidak dipakaikan sarung padanya).
Bab Ke-10: Mendahulukan Anggota-anggota Yang Kanan
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah di atas.")
Bab Ke-11: Tempat-Tempat Wudhu Mayat
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah di muka.")
Bab Ke-12: Apakah Orang Wanita Itu Boleh Dikafani dengan Sarung Lelaki
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah di muka.")
Bab Ke-12: Apakah Orang Wanita Itu Boleh Dikafani dengan Sarung Lelaki
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah di muka.")
Bab Ke-13: Memberi Kapur Barus pada Penghabisan Memandikan Mayat
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah di muka.")
Bab Ke-14: Mengurai Rambut Wanita
Ibnu Sirin berkata, "Tidak terlarang mengurai rambut mayat."[13]
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah di muka.")
Bab Ke-15: Bagaimana Cara Memberi Pakaian Mayat yang Bagian Dalam, Yakni yang Menempel pada Tubuh
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah di muka.")
Bab Ke-14: Mengurai Rambut Wanita
Ibnu Sirin berkata, "Tidak terlarang mengurai rambut mayat."[13]
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah di muka.")
Bab Ke-15: Bagaimana Cara Memberi Pakaian Mayat yang Bagian Dalam, Yakni yang Menempel pada Tubuh
Al-Hasan berkata, "Sobekan (potongan) kain yang kelima
diikatkan pada kedua paha dan pangkal paha di bawah baju luar."
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah di muka.")
Bab Ke-16: Apakah Rambut Wanita Boleh Dijadikan Tiga Ikatan
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah di muka.")
Bab Ke-17: Meletakkan Rambut Kepala Mayat Wanita ke Belakang
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ummu Athiyah di muka.")
Bab Ke-18: Kain Putih untuk Kafan
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Aisyah yang tercantum pada nomor 94.")
Bab Ke-19: Mengkafani dengan Dua Lembar Kain
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang akan disebutkan dalam bab sesudahnya.")
Bab Ke-20: Memberikan Harum-haruman kepada Mayat
641. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Ketika seorang laki-laki wukuf di Arafah bersama Rasulullah tiba-tiba ia jatuh dari kendaraannya, lalu lehernya patah. (Dalam satu riwayat: 'Dipatahkan lehernya oleh untanya, sedang kami bersama Nabi yang sedang ihram, lalu orang itu meninggal dunia.) Nabi bersabda, 'Mandikanlah dengan air dan bidara, dan kafanilah dalam dua kain (atau: kedua kainnya 2/217). Jangan kamu kenakan wewangian padanya, dan jangan kalian tutupi kepalanya. Karena, sesungguhnya Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan dia membaca talbiah.'"
Bab Ke-21: Bagaimana Orang yang Sedang Ihram Itu Dikafani
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas di muka.")
Bab Ke-22: Kafan yang Berupa Gamis yang Dijahit atau Tidak
Dijahit, dan Orang yang Dikafani dengan Selainnya
642. Ibnu Umar r.a mengatakan bahwa ketika Abdullah bin Ubay
meninggal dunia, anaknya (yang bernama Abdullah bin Abdullah 5/207) datang
kepada Nabi saw. dan berkata, "Wahai Rasulullah, berikanlah kepadaku baju
kurung engkau untuk mengkafaninya, shalatlah atasnya, dan mohonkan ampunan
untuknya." Lalu Nabi memberikan baju kurung beliau seraya bersabda
(kepadanya, "Apabila sudah selesai, maka 7/36) beritahukanlah kepadaku
untuk aku shalati." Lalu ia memberitahukan kepada beliau. Maka, ketika
beliau hendak menshalatinya, Umar ibnul-Khaththab r.a. menarik beliau seraya
berkata, "Bukankah Allah melarang engkau menshalati orang-orang
munafik?" (Dalam satu riwayat: "Engkau hendak menshalatinya padahal
dia seorang munafik, sedangkan Allah telah melarangmu untuk memintakan ampun
buat mereka?" 5/207). Beliau bersabda, "Aku di antara dua pilihan,
yaitu Allah berfirman surah at Taubah ayat 80, 'Kamu memohonkan ampun bagi
mereka atau kamu tidak memohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja).
Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah
sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka.'" Kemudian beliau
bersabda, "Aku akan menambah lebih dari tujuh puluh kali." Ibnu Umar
berkata, "Lalu beliau menshalatinya dan kami pun shalat bersama
beliau." Maka, turunlah ayat 84 surah at Taubah, 'Janganlah sekali-kali
kamu menshalatkan (jenazah) seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang
munafik), dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya
mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan
fasik." Maka, beliau tidak lagi mendoakan/menshalati mereka.
643. Jabir r.a. berkata, "Nabi datang kepada Abdullah bin Ubay setelah ia dikuburkan, lalu ia dikeluarkan. Beliau meniupkan ludah beliau kepadanya, dan beliau memakaikan baju kurung beliau kepadanya."
Bab Ke-23: Kafan dengan Selain Gamis
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Aisyah yang tercantum pada Bab 94.")
Bab Ke-24: Kafan Tanpa Serban
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Aisyah yang diisyarat kan di muka.")
Bab Ke-25: Kafan dari Seluruh Harta
Atha', az-Zuhri, Amr bin Dinar, dan Qatadah berpendapat
demikian.[14]
Amr bin Dinar berkata, "Wangi-wangian dengan menggunakan sebagian dari keseluruhan harta."[15]
Amr bin Dinar berkata, "Wangi-wangian dengan menggunakan sebagian dari keseluruhan harta."[15]
644. Ibrahim bin Sa'ad berkata, "Pada suatu hari dibawakan
makanan kepada Abdur Rahman bin Auf (pada waktu itu ia berpuasa, dan hendak
berbuka). Lalu, ia berkata, 'Mush'ab bin Umair terbunuh, dan ia lebih baik
daripada aku. Ketika meninggal, tidak ada selembar kain pun yang dapat
dipergunakan sebagai kafannya, melainkan hanya selembar kain bergaris yang
dikenakan di tubuhnya. Jika ditutupkan pada kepalanya, maka kedua kakinya
tampak. Jika ditutupkan pada kedua kakinya, maka kepalanya kelihatan.' Aku
lihat Abdur Rahman bin Auf berkata, 'Hamzah juga terbunuh, (sedang dia) lebih
baik daripada aku. Tidak ada yang dapat dijadikan kafan melainkan selembar kain
bergaris yang sedang dikenakan di tubuhnya. (Kemudian dibentangkan kekayaan
dunia kepada kami sedemikian rupa.' Atau dia berkata, 'Kemudian kami diberi
kekayaan dunia sedemikian rupa.) Aku takut kalau-kalau telah disegerakan kepada
kami kesenangan-kesenangan kami (dan dalam satu riwayat: kebaikan-kebaikan
kami) di dalam kehidupan dunia sekarang ini.' Setelah itu Abdur Rahman
menangis, (hingga dibiarkannya makanan itu)."
Bab Ke-26: Jika Tidak Didapatkan Melainkan Hanya Selembar Kain
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Abdur rahman bin Auf di atas.")
Bab Ke-27: Jika Tidak Memperoleh Kafan Kecuali yang Dapat
Menutupi Kepala atau Kedua Kakinya Saja, Maka Ditutupi Kepalanya Saja
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Khabbab bin Arat yang tersebut pada
'64-AL-MAGHAZI/28-BAB'.")
Bab Ke-28: Orang yang Menyiapkan Kafannya Sebelum Meninggal Dunia pada Zaman Nabi, Lalu Beliau Tidak Melarangnya
645. Sahl (bin Sa'ad) r.a. mengatakan bahwa seorang wanita
berselendang tenun yang ada tepinya datang kepada Rasulullah. (Lalu Sahl
bertanya kepada orang banyak 7/82), "Apakah kalian mengetahui selendang
itu?" Mereka menjawab, "Kain belud." Sahl menimpali,
"Ya." Wanita itu berkata, "(Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
7/40) menenun kain itu dengan tanganku, aku datang untuk mengenakannya kepada
engkau." Nabi saw mengambilnya sebagai orang yang membutuhkannya, (lalu
beliau mengenakannya). Kemudian beliau keluar kepada kami dan selendang itu
dipakainya sebagai sarung. Lalu, si Fulan (dari kalangan sahabat) memandangnya
baik-baik (tertarik kepadanya) seraya berkata, "Wahai Rasulullah,
kenakanlah kepadaku, alangkah indahnya." (Nabi menjawab, "Ya."
Lalu beliau duduk di majelis sekehendak Allah. Kemudian beliau kembali, lantas
melipatnya. Sesudahnya beliau mengirimkan kain itu kepada orang tersebut. Maka
3/14) ketika Nabi telah pergi, orang itu dicela oleh sahabat-sahabatnya dengan
berkata kepadanya, "Kamu tidak berbuat baik. Nabi mengenakannya karena
membutuhkan, kemudian kamu memintanya. Padahal, kamu mengetahui bahwa beliau
tidak pernah menolak permintaan." Lelaki itu berkata, "Demi Allah,
sesungguhnya aku tidak memintanya untuk aku pakai. Tetapi, aku minta kepada
beliau untuk menjadi kafanku." (Dan dalam satu riwayat: "Aku
mengharapkan berkahnya ketika dipakai oleh Nabi, mudah-mudahan aku nanti
dikafani dengan kain itu pada waktu aku meninggal dunia.") Sahl berkata,
"Maka, selimut (selendang) itu menjadi kafannya."
Bab Ke-29: Kaum Wanita Mengikuti Jenazah
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Ummu Athiyah yang tertera pada nomor 176 di muka.")
Bab Ke-30: Berkabungnya Wanita terhadap Orang yang Bukan
Suaminya
Bab Ke-31: Ziarah Kubur
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Anas yang tercantum pada
'93-AL-AHKAM/10-BAB'.")
Bab Ke-32: Sabda Nabi, "Mayat Itu Disiksa Sebab Ditangisi
Keluarganya," Bila Ratap Tangis Itu Atas Anjurannya, Mengingat Firman
Allah, "Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."
Nabi saw bersabda, "Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya."[18]
Kalau ratapan itu bukan atas anjuran si mayat (sewaktu hidup), maka hal itu menjadi tanggung jawab si pelaku sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Aisyah r.a. mengutip firman Allah, "Seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain."(Fathiir: 18)[19] Dan, seperti firman-Nya, "Jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosa itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun." (Fathiir: 18)
Tentang kemurahan untuk menangis kalau bukan ratapan, Nabi saw
bersabda, "Tidak ada seseorang yang dibunuh secara aniaya melainkan anak
Adam yang pertama juga turut menanggung dosanya. Pasalnya, dialah orang yang
pertama kali melakukan pembunuhan."[20]
646. Usamah bin Zaid berkata, "Putri Nabi mengirimkan
utusan kepada beliau. (Dalam satu riwayat: Aku berada di sisi Nabi, tiba-tiba
datang utusan salah seorang putri beliau 7/211 dengan membawa pesan) bahwa
anaknya meninggal (dalam satu riwayat: menghembuskan napas yang penghabisan
7/211, dan dalam riwayat lain: sampai ajalnya 8/176), maka datanglah kepadanya.
Maka, beliau mengirimkan utusan untuk menyampaikan salam dan pesan,
"Sesungguhnya bagi Allah apa yang diambil-Nya dan bagi-Nya apa yang
diberikan-Nya. Segala sesuatu di sisi-Nya dengan waktu yang tertentu, maka
(suruhlah ia 8/165) bersabar dan mengharapkan pahala." Kemudian ia
mengutus kepada beliau seraya bersumpah agar beliau mendatanginya. Lalu, Nabi
saw berdiri bersama Sa'd bin Ubadah, Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin
Tsabit, (Ubadah bin Shamit), dan beberapa orang lagi. Lalu dibawalah anak itu
kepada Nabi (kemudian beliau dudukkan dia dipangkuan beliau 7/223), sedang
napasnya tersengal-sengal seolah-olah girbah 'tempat air' dari kain usang yang
kering, lalu kedua mata beliau berlinang. Sa'ad berkata kepada beliau,
"Wahai Rasulullah, apakah ini?" Beliau bersabda, "Ini adalah
kasih sayang yang dijadikan oleh Allah dalam hati hamba-hamba Nya (yang
dikehendaki-Nya), dan Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang
penyayang."
647. Anas bin Malik r.a. berkata, "Kami menyaksikan putri
Rasulullah. Ia berkata, 'Rasulullah duduk di atas kubur. Lalu aku melihat kedua
mata beliau berlinang. Beliau bersabda, 'Apakah di antara kalian ada orang yang
tidak mencampuri[21] istrinya tadi malam? Abu
Thalhah berkata, 'Aku.' Beliau bersabda, 'Turunlah (ke dalam kuburnya 2/93).'
Kemudian ia turun di kuburnya, lantas menguburnya.'" Ibnul Mubarak
berkata, "Fulaih berkata, 'Aku menganggapnya, yakni dosa.' Abu Abdillah
(Imam Bukhari) berkata, "Kata liyaqtarifuu berarti hendaklah mereka
berusaha."
648. Abdullah bin Ubaidillah bin Abu Mulaikah berkata, "Putri Utsman bin Affan meninggal dunia di Mekah dan kami datang hendak menghadirinya. Di sini datang pula Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas. Aku sendiri duduk di antara kedua orang itu atau aku duduk mendekati salah seorang dari keduanya. Kemudian ada orang lain yang baru datang dan langsung duduk di dekatku. Abdullah bin Umar berkata kepada Amr bin Utsman, 'Mengapa engkau tidak melarang menangis? Sebab, Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya mayat itu disiksa karena tangisan keluarganya atasnya.' Ibnu Abbas r.a. berkata, 'Umar memang pernah mengatakan sebagian dari hadits itu.' Ibnu Abbas berkata, 'Aku pernah keluar untuk bepergian bersama Umar dari Mekah. Setelah kami berada di Baida' tampaklah di situ sebuah kafilah dengan beberapa ekor unta yang sedang bepergian dan jumlahnya lebih dari sepuluh ekor. Mereka sedang beristirahat di bawah pohon berduri. Umar berkata, 'Pergilah, perhatikanlah siapa rombongan itu.' Kemudian aku perhatikan, ternyata Shuhaib sebagai pemimpin mereka. Lalu saya memberitahukan kepada Umar, lalu dia berkata, 'Panggillah dia supaya datang kepadaku.' Kemudian aku kembali kepada Shuhaib dan aku berkata kepadanya, 'Pergilah menemui Amirul Mu'minin.' Ketika Umar terkena musibah (tusukan pisau yang menyebabkan kematiannya), Shuhaib datang sambil menangis dan berkata, 'Aduhai saudaraku, aduhai sahabatku!' Mendengar tangis Shuhaib itu, Umar berkata, 'Wahai Shuhaib, apakah engkau menangisiku, sedangkan Rasulullah telah bersabda, 'Sesungguhnya mayat itu disiksa karena sebagian tangisan keluarganya (dan dalam satu riwayat: tangisan orang yang hidup 2/82) atasnya (dan dalam riwayat lain: di dalam kuburnya, karena diratapi).' Ibnu Abbas berkata, 'Pada waktu Umar sudah wafat, aku menyebutkan hal itu kepada Aisyah r.a., lalu ia berkata, 'Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Umar. Demi Allah, Rasulullah tidak mensabdakan bahwa Allah menyiksa orang-orang mukmin karena ditangisi keluarganya. Akan tetapi, beliau bersabda, 'Sesungguhnya orang kafir itu semakin bertambah siksanya karena ditangisi keluarganya.' Cukup bagimu Al-Qur'an (surah al-Fathiir ayat 18) yang mengatakan, 'Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.'" Ketika terjadi hal tersebut, maka Ibnu Abbas berkata, "Allah itulah yang membuat orang tertawa dan menangis." Ibnu Abi Mulaikah berkata, "Demi Allah, Abdullah bin Umar tidak mengatakan sesuatu pun."
649. Aisyah r.a., istri Nabi saw., berkata, "Nabi melewati seorang wanita Yahudi yang ditangisi oleh keluarganya. Lalu, beliau bersabda, 'Sesungguhnya mereka menangisinya, dan sesungguhnya ia sedang disiksa di dalam kuburnya.'"
650. Abu Burdah dari Ayahnya, berkata, "Ketika Umar terkena
musibah, maka Shuhaib berkata, 'Aduhai saudaraku!' Kemudian Umar berkata,
'Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Nabi bersabda, 'Sesungguhnya mayat itu di
siksa karena ditangisi orang yang hidup.'"
Bab Ke-33: Tidak Disukai Meratapi Mayat
Umar r.a. berkata, "Biarkanlah mereka menangisi Abu
Sulaiman,[22] asalkan tidak menaburkan tanah
di atas kepala dan tidak berteriak-teriak."[23]
651. Al-Mughirah berkata, "Aku mendengar Nabi bersabda,
'Sesungguhnya berdusta atasku tidaklah seperti berdusta atas seseorang yang
lain. Barangsiapa yang berdusta atasku, maka hendaklah ia menyiapkan tempat
duduknya di neraka.' Aku (Mughirah) mendengar Nabi bersabda pula, 'Barangsiapa
yang diratapi, maka ia disiksa sebab diratapi itu.'"[24]
Bab Ke-34: Bukan Termasuk Golongan Kaum Muslimin Orang yang Merobek-robek
Pakaian (Ketika Ditinggal Mati Seseorang)
652. Abdullah (bin Mas'ud) r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Bukan dari golongan kami orang yang menampar-nampar (dalam satu riwayat: memukul-mukul 2/83) pipi, merobek leher baju, dan berseru dengan seruan jahiliah."
Bab Ke-35: Nabi Bersedih atas Kematian Sa'ad bin Khaulah
653. Sa'ad bin Abi Khaulah r.a. berkata, "Rasulullah
menjengukku pada tahun Haji Wada' (ketika aku di Mekah 3/186) karena sakit
keras yang menimpaku (apakah aku akan sembuh darinya menghadapi kematian
4/267). (Dan dia tidak suka meninggal dunia di negeri yang dia tinggalkan
hijrah). Aku berkata, 'Sesungguhnya sakitku telah parah seperti apa yang engkau
lihat, dan aku mempunyai harta, padahal yang mewarisi aku hanyalah seorang anak
wanita. Apakah boleh aku mewasiatkan seluruh hartaku?' Nabi menjawab, 'Tidak.'
Aku berkata (6/189), 'Apakah boleh aku sedekahkan dua pertiga hartaku? (dan aku
tinggalkan sepertiganya? (7/6) Beliau bersabda, 'Jangan.' Aku bertanya, 'Separo
(dan aku tinggalkan separonya)?' Beliau menjawab, 'Jangan.' Aku bertanya,
'Apakah boleh aku wasiatkan sepertiga dan aku tinggalkan dua pertiga untuknya?'
Beliau bersabda, 'Sepertiga, dan sepertiga itu besar atau banyak. Karena engkau
meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu adalah lebih baik daripada
engkau meninggalkan mereka dalam keadaan fakir, minta-minta kepada orang-orang.
Sesungguhnya engkau tidak menafkahkan suatu nafkah dengan mengharapkan ridha
Allah melainkan engkau pasti diberi pahala, (dalam satu riwayat: maka yang
demikian itu menjadi sedekah bagimu), hingga apa yang engkau letakkan di dalam
mulut istrimu.' Kemudian beliau meletakkan tangan beliau ke wajah beliau, lalu
mengusapkan tangan beliau ke wajah dan tanganku, seraya berkata, 'Ya Allah, sembuhkanlah
Sa'ad, dan sempurnakanlah hijrahnya.' Maka, aku senantiasa merasakan dinginnya
tangan beliau di dadaku hingga sekarang. Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, aku
ketinggalan oleh teman-temanku?' (Dan dalam satu riwayat: 'doakanlah agar Allah
tidak mengembalikanku ke belakang lagi.' 3/187). Beliau bersabda, 'Sesungguhnya
engkau tidak ketinggalan. Karena tidaklah engkau melakukan suatu amal saleh
(dengan mengharapkan ridha Allah) kecuali engkau bertambah derajat dan
ketinggianmu. Kemudian mudah-mudahan engkau tidak akan tertinggal (meninggal di
Mekah) sehingga orang-orang itu mendapat manfaat denganmu dan orang-orang lain
mendapat mudharat. Ya Allah, lestarikanlah hijrah sahabat-sahabatku dan
janganlah Engkau kembalikan mereka ke belakang (jangan Engkau jadikan murtad -
penj.).'" Akan tetapi, orang yang merana adalah Sa'ad bin Khaulah yang
diratapi oleh Rasulullah karena meninggal di Mekah. (Sa'ad berkata 7/160),[25] "Rasulullah bersedih atas
kematiannya di Mekah." (Sufyan berkata, "Sa'ad bin Khaulah adalah
seorang lelaki dari bani Amir bin Luai." 8/6).
Bab Ke-36: Larangan Mencukur Rambut Kepala Ketika Mendapat Musibah
Abu Burdah bin Abi Musa berkata, "Abu Musa sakit keras,
lalu ia pingsan. Kepalanya di pangkuan seorang wanita keluarganya, maka ia
tidak dapat menolak sesuatu pun tehadap wanita itu. Ketika telah sadar, ia
berkata, 'Aku berlepas diri dari orang yang Rasulullah berlepas diri darinya.
Sesungguhnya Rasulullah berlepas diri dari orang yang berteriak-teriak ketika
tertimpa musibah, orang yang mencukur rambutnya ketika tertimpa musibah, dan
orang yang merobek-robek pakaiannya ketika tertimpa musibah.'"[26]
Bab Ke-37: Tidak Termasuk Golongan Kami Orang yang
Menampar-nampar Pipinya
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Ibnu Mas'ud yang tercantum pada nomor 652 di
muka.")
Bab Ke-38: Larangan Mengatakan, "Celaka!" Dan Berseru
dengan Seruan Jahiliah Ketika Mendapat Musibah
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Mas'ud di muka.")
Bab Ke-39: Orang yang Duduk Ketika Mendapatkan Musibah dan Tampak Adanya Kesedihan di Wajahnya
Bab Ke-40: Orang yang Tidak Menampakkan Kesedihan Ketika
Mendapatkan Musibah
Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi berkata, "Keluh kesah adalah
perkataan yang buruk dan persangkaan yang buruk." Nabi Ya'qub a.s.
berkata, "Sesungguhnya aku hanya mengadukan kesusahan dan kesedihan hatiku
kepada Allah."
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anas yang tercantum pada '71-AL-AQIQAH/1-BAB'.")
Bab Ke-41: Kesabaran Itu Hanyalah pada Awal Kejadian
Umar berkata, "Alangkah baiknya memperoleh separo beban pada dua sisi lambung binatang tunggangan. Alangkah baiknya apa yang ada di antara beban dua lambung itu, yaitu, 'Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun' 'Sesungguhnya kami kepunyaan Allah, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya.' Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (al-Baqarah: 156-157). Juga firman-Nya, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu." (al-Baqarah: 45)
Bab Ke-42: Sabda Nabi, "Sesungguhnya Kami Bersedih karena
Berpisah denganmu."
Ibnu Umar mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Air mata mengalir, dan hati pun bersedih."[27]
654. Anas bin Malik r.a. berkata, "Kami masuk bersama Nabi pada Abu Saif al-Qain (si pandai besi), suami wanita yang menyusui Ibrahim. Lalu, Rasulullah mengambil Ibrahim dan menciumnya. Sesudah itu kami masuk kepadanya dan Ibrahim mengembuskan napas yang penghabisan. Maka, air mata Rasulullah mengucur. Lalu Abdurrahman bin Auf berkata kepada beliau, 'Engkau (menangis) wahai Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Wahai putra Auf, sesungguhnya air mata itu kasih sayang.' Kemudian air mata beliau terus mengucur. Lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya air mata mengalir, dan hati pun bersedih. Namun, kami hanya mengucapkan perkataan yang diridhai oleh Tuhan kami. Sungguh kami bersedih karena berpisah denganmu wahai Ibrahim.'"
Bab Ke-43: Menangis di Dekat Orang Sakit
655. Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Sa'ad bin Ubadah
mengeluhkan sakitnya. Lalu Nabi datang menjenguknya bersama Abdurrahman bin
Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Mas'ud. Ketika beliau masuk
kepadanya, ia sedang dikerumuni keluarganya. Nabi bertanya, 'Sudah meninggal?'
Mereka menjawab, 'Belum wahai Rasulullah.' Lalu Nabi menangis. Ketika
orang-orang melihat beliau menangis, mereka pun menangis pula. Beliau bersabda,
'Tidakkah kalian mendengar bahwa Allah tidak menyiksa karena air mata dan hati
yang sedih, tetapi Allah menyiksa atau mengasihani karena ini.' Seraya menunjuk
ke lidah beliau, 'Sesungguhnya mayat itu disiksa karena tangis keluarganya atas
mayit itu.' Umar biasa memukul orang yang menangisi mayat dengan tongkat,
melemparnya dengan batu, dan menaburkan debu padanya."
Bab Ke-44: Larangan Berteriak-teriak, Menangis, dan Boleh Membentak Orang yang Berbuat Begitu
656. Aisyah r.a. berkata, "Ketika berita terbunuhnya Zaid
bin Haritsah, Ja'far (bin Abu Thalib 5/87), dan Abdullah Ibnu Rawahah sampai
kepada Nabi, beliau duduk dengan tampak susah, dan aku melihat dari balik
pintu. Lalu, datanglah seorang laki-laki seraya mengatakan, 'Wahai Rasulullah,
sesungguhnya istri Ja'far meratapi kematian suaminya. Lalu, beliau menyuruh
untuk melarang mereka, maka laki-laki itu pergi. Kemudian datanglah ia (untuk
kedua kalinya) seraya berkata, 'Aku telah melarang tetapi mereka tidak
menaatinya.' Beliau menyuruhnya lagi untuk melarangnya. Kemudian lelaki itu
pergi (untuk melarangnya). Lalu, ia datang lagi (untuk ketiga kalinya) seraya
berkata, 'Demi Allah, mereka mengalahkanku atau mengalahkan kami-keraguan ini
dari Muhammad bin Abdullah bin Hausyab-wahai Rasulullah.' Maka, aku menduga
bahwa beliau bersabda, 'Taburkanlah debu ke dalam mulut mereka.' Aku berkata,
'Kepastian Allah atas kamu. Demi Allah, engkau tidak mengerjakan apa yang
diperintahkan Rasulullah kepadamu, dan engkau tidak berusaha menghilangkan
kesedihan Rasulullah.'"
Bab Ke-45: Berdiri untuk Menghormati Jenazah
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Amir bin Rabi'ah pada bab berikut.")
Bab Ke-46: Kapankah Seseorang Itu Duduk Jika Telah Berdiri untuk Menghormati Jenazah
657. Amir bin Rabi'ah r.a mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Apabila salah seorang di antaramu melihat jenazah, jika dia tidak berjalan bersamanya, maka berdirilah sehingga membelakanginya atau jenazah itu mendahului dia, atau hingga jenazah itu diletakkan sebelum mendahului dia."
658. Abu Sa'id al-Maqburi berkata, "Kami bersama-sama mengantarkan jenazah seseorang, lalu Abu Hurairah memegang tangan Marwan. Kemudian mereka duduk sebelum jenazah diletakkan. Lalu Abu Sa'id datang, dan memegang tangan Marwan seraya berkata, 'Berdirilah. Demi Allah bahwa orang ini telah mengetahui bahwa Nabi melarang hal itu.'" (Dan dari jalan lain disebutkan: Beliau bersabda, "Apabila kamu melihat jenazah, maka berdirilah. Barangsiapa yang mengantarkannya, maka janganlah ia duduk sebelum jenazah itu diletakkan." 2/87). Lalu Abu Hurairah berkata, "Dia benar."
Bab Ke-47: Orang yang Mengantarkan Jenazah Jangan Duduk Sebelum Jenazah Diletakkan dari Bahu Para Pemikulnya. Jika Ada Yang Duduk Supaya Diperintahkan Berdiri
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Abu Sa'id yang tercantum sebelumnya pada riwayat
lain.")
Bab Ke-48: Orang yang Berdiri karena Jenazah Orang Yahudi
659. Jabir bin Abdullah r.a. berkata, "Suatu jenazah
melewati kami, lalu Nabi berdiri karenanya, dan kami pun berdiri. Kami
bertanya, 'Wahai Rasulullah, jenazah itu adalah jenazah orang Yahudi.' Beliau
bersabda, 'Jika kamu melihat jenazah, maka berdirilah!'"[28]
660. Abdur Rahman bin Abu Laila berkata, "Ketika Sahal bin
Hunaif dan Qais bin Sa'ad sedang duduk-duduk di Qadisiyah, tiba-tiba lewat di
hadapan mereka suatu jenazah. Lalu keduanya berdiri. Setelah itu dikatakan
orang kepada mereka bahwa jenazah itu adalah jenazah dzimmi (bukan orang
Islam). Mereka menjawab, 'Sesungguhnya (dalam satu riwayat: Abdur Rahman
berkata, 'Aku bersama Qais dan Sahl r.a., lalu keduanya berkata, 'Kami bersama
Nabi[29]) pernah pula lewat sebuah jenazah di
hadapan Nabi, lantas beliau berdiri. Sesudah itu di katakan orang kepada beliau
bahwa jenazah itu adalah orang Yahudi. Maka, beliau bersabda, 'Bukankah
ia manusia juga?'"
Bab Ke-49: Kaum Lelaki yang Membawa Jenazah, Bukan Kaum Wanita
661. Abu Sa'id al-Khudri r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila jenazah diletakkan dan orang-orang mengangkatnya di atas pundak mereka, jika jenazah itu baik, maka ia berkata, 'Cepatkanlah aku, (cepatkanlah aku, 2/103).' Dan, jika jenazah itu tidak baik, maka ia berkata kepada keluarganya, 'Wahai celakanya,[31] hendak ke manakah kalian pergi membawaku?' Segala sesuatu mendengarnya kecuali manusia. Seandainya manusia mendengarnya, niscaya ia pingsan."
Bab Ke-50: Mempercepat dalam Membawa Jenazah
Anas r.a. berkata, "Jika kalian mengantarkan jenazah, maka berjalanlah di depannya, di belakangnya, di sebelah kanannya, dan di sebelah kirinya."[32]Dan yang lain berkata, "Dekat dengannya."[33]
662. Abu Hurairah r.a. mengatakan Nabi saw bersabda,
"Segerakanlah mengantarkan jenazah. Jika jenazah itu baik, maka itu adalah
kebaikan yang kamu ajukan (segerakan) kepadanya. Jika jenazah itu tidak
demikian (tidak baik), maka itu adalah keburukan yang kalian lepaskan dari
pundak-pundak kalian."
Bab Ke-51: Ucapan Mayat Sewaktu Berada di Keranda Mayat, "Cepatkanlah Aku!"
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Abu Sa'id yang baru disebutkan di atas.")
Bab Ke-52: Orang yang Membuat Shaf Dua atau Tiga Shaf dalam
Shalat Jenazah di Belakang Imam
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Jabir yang akan disebutkan di bawah
ini.")
Bab Ke-53: Shaf-Shaf dalam Shalat Jenazah
663. Jabir bin Abdullah r.a. berkata, "Nabi bersabda,
'Telah meninggal dunia hari ini seorang laki-laki yang saleh, bangsa Habasyah.
Karena itu, marilah kita shalatkan ia.' (Dalam satu riwayat: 'Maka, lakukanlah
shalat atas saudara mu, Ashhamah.') Jabir berkata, "Lalu kami berbaris (di
belakang beliau 4/ 246), lantas Nabi menshalatinya dan kami berbaris menjadi
beberapa baris. Maka, aku berada pada baris kedua atau ketiga. Kemudian beliau
bertakbir empat kali."
Bab Ke-54: Shaf Anak Anak Lelaki Bersama dengan Orang-orang
Lelaki di Dalam Shalat Jenazah
664. Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah lewat dekat
sebuah kuburan yang baru semalam dikuburkan, (dan beliau bertanya tentang orang
itu, "Siapakah ini?" Mereka menjawab, "Fulan." 2/93). Lalu
beliau bertanya lagi, "Kapan mayit ini dikuburkan?" Mereka menjawab,
"(Dikuburkan 2/90) tadi malam." Nabi bertanya, "Mengapa kalian
tidak memberitahukan kepadaku?" Mereka menjawab, "Kami kuburkan ia
tengah malam yang sangat gelap. Karena itu, kami tidak mau membangunkan
engkau." Nabi berdiri, dan kami berbaris di belakang beliau untuk shalat."
Ibnu Abbas berkata, "Aku ketika itu berada di antara mereka, lalu beliau
menshalatinya, (dan bertakbir empat kali)."
Nabi saw bersabda, "Barangsiapa yang shalat atas
jenazah."[35]
Beliau bersabda, "Shalatlah atas jenazah sahabatmu."[36]
Dan, beliau bersabda pula, "Shalatlah atas jenazah Najasyi."[37]
Beliau menamakan semua ini dengan "shalat', padahal di dalam shalat jenazah ini tidak terdapat ruku, sujud, dan perkataan-perkataan. Di dalam shalat jenazah ini terdapat takbir dan salam.
Beliau bersabda, "Shalatlah atas jenazah sahabatmu."[36]
Dan, beliau bersabda pula, "Shalatlah atas jenazah Najasyi."[37]
Beliau menamakan semua ini dengan "shalat', padahal di dalam shalat jenazah ini tidak terdapat ruku, sujud, dan perkataan-perkataan. Di dalam shalat jenazah ini terdapat takbir dan salam.
Ibnu Umar tidak mengerjakan shalat jenazah melainkan dengan
bersuci terlebih dahulu.[38] Ia tidak mau mengerjakan shalat
tepat pada waktu matahari terbit dan terbenam.[39] Ia mengangkat kedua tangannya.[40]
Al-Hasan berkata, "Aku dapati orang-orang, dan yang lebih berhak terhadap jenazah mereka ialah orang-orang yang merelakan mereka terhadap kewajiban-kewajiban mereka." Apabila al-Hasan berhadats pada waktu (hendak) shalat Id atau shalat jenazah, dia meminta air, tidak bertayamum. Jika al-Hasan baru sampai ke tempat jenazah ketika orang-orang sedang menshalatinya, maka dia mengikuti shalat mereka dengan bertakbir.[41]
Ibnul Musayyab berkata, "Hendaklah orang bertakbir empat kali dalam shalat jenazah, baik pada waktu malam maupun siang, ketika dalam bepergian maupun ketika di rumah."[42]
Anas r.a. berkata,[43] "Takbir kesatu adalah sebagai pembukaan shalat." Dia berkata lagi, "Janganlah sekali-kali kamu shalat atas seseorang dari mereka (orang munafik) yang meninggal dunia."
Al-Hasan berkata, "Aku dapati orang-orang, dan yang lebih berhak terhadap jenazah mereka ialah orang-orang yang merelakan mereka terhadap kewajiban-kewajiban mereka." Apabila al-Hasan berhadats pada waktu (hendak) shalat Id atau shalat jenazah, dia meminta air, tidak bertayamum. Jika al-Hasan baru sampai ke tempat jenazah ketika orang-orang sedang menshalatinya, maka dia mengikuti shalat mereka dengan bertakbir.[41]
Ibnul Musayyab berkata, "Hendaklah orang bertakbir empat kali dalam shalat jenazah, baik pada waktu malam maupun siang, ketika dalam bepergian maupun ketika di rumah."[42]
Anas r.a. berkata,[43] "Takbir kesatu adalah sebagai pembukaan shalat." Dia berkata lagi, "Janganlah sekali-kali kamu shalat atas seseorang dari mereka (orang munafik) yang meninggal dunia."
Dalam shalat jenazah ini terdapat shaf-shaf dan imam.
Bab Ke-56: Keutamaan Mengantar Jenazah
Zaid bin Tsabit r.a. berkata, "Apabila Anda telah
melaksanakan shalat (jenazah), maka Anda telah menunaikan kewajiban Anda."[44]
Humaid bin Hilal berkata, "Kami tidak melihat adanya izin
untuk tidak mengurusi jenazah. Tetapi, barangsiapa yang telah menunaikan shalat
(jenazah), kemudian ia pulang, maka ia mendapat (pahala) satu qirath."[45]
665. Nafi' berkata, "Diceritakan kepada Ibnu Umar bahwa Abu
Hurairah berkata, 'Barangsiapa yang mengiringkan jenazah, maka ia mendapatkan
satu qirath.' Ibnu Umar berkata, 'Abu Hurairah terlalu banyak mengatakannya
kepada kami.' Lalu Aisyah membenarkan Abu Hurairah seraya berkata, 'Aku
mendengar Rasulullah bersabda begitu.' Kemudian Ibnu Umar berkata, 'Sungguh
kami telah mengabaikan banyak qirath.'"
Bab Ke-57: Orang yang Menantikan Jenazah Sehingga Dikebumikan
666. Abu Sa'id al-Maqburi mengatakan bahwa dia bertanya kepada Abu Hurairah r.a., lalu Abu Hurairah berkata, "Aku mendengar Nabi bersabda, 'Barangsiapa yang menyaksikan (menghadiri/melayat) jenazah seseorang hingga menshalatinya, maka baginya pahala satu qirath. Barangsiapa yang melayatnya lalu menshalatinya sampai dikebumikan, maka ia mendapatkan dua qirath.' Kemudian ditanyakan kepada beliau, 'Berapakah besarnya dua qirath itu?' Beliau menjawab, 'Seperti dua gunung yang besar-besar.'"
Bab Ke-58: Shalatnya Anak Anak Bersama Orang Banyak terhadap Jenazah
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang tertera pada nomor 664 di muka.")
Bab Ke-59: Mengerjakan Shalat Jenazah di Mushalla dan Masjid
Bab Ke-60: Dimakruhkan Membuat Masjid di Atas Kuburan
Ketika al-Hasan bin al-Hasan bin Ali meninggal dunia, istrinya
membuat kubah di atas kuburnya selama satu tahun, kemudian dibongkar. Lalu,
mereka mendengar seseorang berteriak, "Apakah mereka tidak menjumpai apa
yang hilang itu?" Kemudian ada orang lain yang menjawab, "Bahkan
mereka sudah putus asa, kemudian kembali."[46]
667. Aisyah r.a. mengatakan bahwa dalam keadaan sakit yang
membawa kepada kematian, Nabi saw bersabda, "Allah mengutuk orang-orang
Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai
masjid." Aisyah berkata, "Seandainya tidak karena sabda itu, niscaya
mereka menampakkan kuburan beliau. Hanya saja aku khawatir (dalam satu riwayat:
beliau khawatir atau dikhawatirkan 2/106) kuburan itu dijadikan masjid."
Bab Ke-61: Menshalati Jenazah Wanita yang Meninggal karena Nifas
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Samurah bin Jundub yang tercantum pada nomor 184 di muka.")
Bab Ke-62: Di Mana Seseorang Berdiri Ketika Menshalati Jenazah
Wanita dan Jenazah Lelaki
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Samurah bin Jundub di muka.")
Bab Ke-63: Takbir Shalat Jenazah Itu Empat Kali
Humaid berkata, "Anas shalat (jenazah) mengimami kami, lalu
ia bertakbir tiga kali, kemudian salam. Maka, ditanyakanlah hal itu kepadanya.
Lalu, ia menghadap kiblat, kemudian bertakbir yang keempat, dan salam."[48]
Bab Ke-64: Membaca al-Faatihah Ketika Shalat Jenazah
Al-Hasan berkata, "Hendaklah orang yang menshalati jenazah
anak kecil membaca al-Faatihah, dan membaca, 'Ya Allah, jadikanlah ia sebagai
pendahuluan (penjemput), tabungan, dan pahala bagi kami.'"[49]
668. Thalhah bin Abdullah bin Auf berkata, "Aku shalat di
belakang Ibnu Abbas atas suatu jenazah, lalu dia membaca al-Faatihah.[50] Dia berkata, 'Agar mereka
mengetahui bahwa itu adalah sunnah (jalan syara).'"
Bab Ke-65: Shalat Jenazah di Kuburan Sesudah Mayat Dikebumikan
Bab Ke-66: Mayat Dapat Mendengar Suara Sandal Para Pengantarnya
669. Anas r.a. mengatakan Nabi saw. bersabda,
"(Sesungguhnya 2/102) manusia apabila diletakkan di dalam kuburnya,
setelah teman-temannya berpaling dan pergi darinya[51] sehingga ia mendengar ketukan
bunyi sandal mereka, lalu datanglah dua orang malaikat. Kemudian mereka
mendudukkannya dan bertanya kepadanya, 'Apakah yang kamu katakan dahulu ketika
di dunia tentang orang ini, Muhammad?' Adapun orang yang beriman menjawab, 'Aku
bersaksi bahwa beliau adalah hamba dan utusan Allah.' Lalu dikatakan kepadanya,
'Lihatlah tempat dudukmu di neraka, Allah telah menggantikannya untukmu dengan
tempat duduk di surga.' Lalu ia melihat keduanya (surga dan neraka). (Qatadah
berkata, 'Dan diterangkan kepada kami bahwa orang itu dilapangkan di dalam
kuburnya.') Adapun orang kafir atau munafik maka ditanyakan kepadanya, 'Apa
yang engkau katakan mengenai Muhammad ini?' Ia menjawab, 'Aku tidak tahu. Aku
dulu mengatakan apa yang dikatakan oleh orang-orang.' Maka, dikatakan
kepadanya, 'Kamu tidak tahu dan tidak mau membaca.' Kemudian ia dipukul dengan
palu dari besi di antara kedua telinganya. Lalu, ia berteriak sekeras-kerasnya
yang didengar oleh apa yang didekatnya selain jin dan manusia."
Bab Ke-67: Orang yang Ingin Dimakamkan di Bumi yang Disucikan
(Mekah, Madinah, Baitul Maqdis) atau yang Semacamnya
670. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Malaikat pencabut nyawa diutus kepada Musa as.. Ketika malaikat itu sampai kepada Musa, maka Musa memukulnya dengan keras.[52] Lalu, malaikat itu kembali menghadap Tuhan dan berkata, 'Engkau mengutusku kepada hamba yang tidak menginginkan kematian.' Kemudian Allah mengembalikannya seraya berfirman, 'Kembalilah dan katakan kepadanya agar ia meletakkan tangannya di punggung sapi jantan. Maka, baginya satu tahun pada setiap bulu yang tertutup oleh tangannya.' Musa bertanya, 'Wahai Tuhan, kemudian apa?' Allah berfirman, 'Kemudian meninggal dunia.' Musa berkata, 'Sekarang?' Lalu dia memohon kepada Allah ta'ala untuk mendekatkannya dari tanah suci sejauh sepelemparan batu. Seandainya aku (Rasulullah) di sana, niscaya aku tunjukkan kuburannya, di samping jalan pada (dan dalam satu riwayat: di bawah) onggokan pasir merah."
Bab Ke-68: Memakamkan Jenazah pada Malam Hari
Bab Ke-69: Mendirikan Masjid di Atas Kubur
671. Aisyah r.a. berkata, "Ketika Nabi sakit (yakni yang
menyebabkan kematian beliau), ada sebagian di antara istri beliau
menyebut-nyebut perihal gereja yang pernah mereka lihat di negeri Habasyah yang
diberi nama gereja Mariyah. Ummu Salamah dan Ummu Habibah pernah datang ke
negeri Habasyah. Kemudian mereka menceritakan keindahannya dan beberapa lukisan
(patung) yang ada di gereja itu. Setelah mendengar uraian itu, beliau
mengangkat kepalanya, lalu bersabda, "(Sesungguhnya 4/245) mereka itu,
jika ada orang yang saleh di antara mereka meninggal dunia, mereka mendirikan
masjid (tempat ibadah) di atas kuburnya. Lalu, mereka membuat berbagai lukisan
dalam masjid itu. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah (pada
hari kiamat)."[54]
Bab Ke-70: Orang yang Masuk ke Dalam Kubur Wanita
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Anas yang tertera pada nomor 647.")
Bab Ke-71: Shalat atas Orang yang Mati Syahid
672. Jabir bin Abdullah r.a. berkata, "Rasulullah
mengumpulkan antara dua orang laki-laki yang terbunuh dalam Perang Uhud dalam
satu helai kain. Kemudian beliau bersabda, 'Siapakah yang lebih banyak
mengambil (hafal) Al-Qur'an?' Ketika ditunjukkan kepada salah satunya, maka
beliau mendahulukannya ke dalam liang kubur (sebelum yang satunya. Jabir
berkata, 'Maka, ayah dan paman dikafani dengan selembar kain bergaris' 2/94)
dan beliau bersabda, 'Aku akan menjadi saksi bagi mereka pada hari kiamat
nanti.' Beliau menyuruh untuk menguburkan mereka dengan darah mereka tanpa
dimandikan (Dan dalam satu riwayat, kuburkanlah mereka dengan darah mereka.'
Beliau tidak memandikan mereka) dan tidak pula mereka dishalati."
673. Uqbah bin Amir mengatakan bahwa Nabi saw pada suatu hari keluar. Lalu, beliau menshalati orang-orang yang gugur pada Perang Uhud seperti shalat beliau atas mayat biasa (setelah delapan tahun, seperti orang yang sedang berpamitan kepada orang-orang yang hidup dan orang-orang yang sudah meninggal 5/29). Kemudian beliau pergi (dan dalam satu riwayat: naik) ke mimbar dan bersabda, "Sesungguhnya aku adalah orang yang terdepan di antaramu dan aku menjadi saksi atasmu, (dan yang dijanjikan untukmu adalah telaga). Demi Allah, sungguh aku melihat telagaku sekarang dari tempatku ini. Sungguh aku diberi kunci perbendaharaan bumi atau kunci-kunci bumi. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan kamu akan menyekutukan Allah sesudahku nanti. Tetapi, aku mengkhawatirkan kemewahan duniawi atas kamu di mana kamu akan berlomba-lomba terhadapnya." Uqbah berkata, "Maka, itu adalah pemandangan terakhir yang melihat Rasulullah."
Bab Ke-72: Memakamkan Dua atau Tiga Orang dalam Satu Kubur
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Jabir yang tercantum pada nomor 672 di
muka.")
Bab Ke-73: Orang yang Berpendapat bahwa Orang yang Mati Syahid
Tidak Usah Dimandikan
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya bagian dari hadits Jabir di muka.")
Bab Ke-74: Orang Yang Didahulukan Dimasukkan ke Liang Lahad
Lubang itu disebut lahd 'liang landak', karena ia berada di
suatu sisi. Setiap orang yang menyimpang disebut mulhid. Kata
"multahadan" berarti ma'dilan 'hal menyimpang', dan kalau lurus
disebut dharih 'kuburan'.
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Jabir tadi.")
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Jabir tadi.")
Bab Ke-75: Rumput Idzkhir dan Hasyisy dalam Kubur
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ibnu Abbas yang tersebut pada '28-JAZAAUL MUHSHAR / 9 - BAB'.")
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda,
"(Rumput-rumput itu) untuk kubur-kubur kita dan rumah-rumah kita."[55]
Shafiyah binti Syaibah berkata, "Aku mendengar hal seperti itu dari Nabi."[56]
Mujahid berkata dari Atha' dari Ibnu Abbas r.a., "(Rumput itu) untuk tukang besi dan rumah mereka."[57]
Shafiyah binti Syaibah berkata, "Aku mendengar hal seperti itu dari Nabi."[56]
Mujahid berkata dari Atha' dari Ibnu Abbas r.a., "(Rumput itu) untuk tukang besi dan rumah mereka."[57]
Bab Ke-76: Apakah Boleh Mayat Dikeluarkan dari Kuburan Atau
Lahadnya karena Suatu Sebab?
674. Jabir bin Abdullah r.a. berkata, "Rasulullah
mendatangi makam Abdullah bin Ubay sesudah dimasukkan ke dalam lubangnya.
Kemudian beliau menyuruh supaya diangkat sebentar dari kuburnya, lalu
dikeluarkanlah ia. Setelah itu beliau meletakkannya di atas kedua lutut beliau
dan meniupkan ludah beliau pada tubuh Abdullah bin Ubay. Lalu Rasulullah
mengenakan gamis beliau pada tubuh Abdullah bin Ubay. Maka, Allahlah yang lebih
mengetahui. Abdullah bin Ubay pernah memberikan gamis kepada Abbas. Sufyan
berkata, "Abu Hurairah[58] berkata, 'Rasulullah memiliki
dua buah gamis. Lalu, anak Abdullah bin Ubay berkata, 'Wahai Rasulullah,
kenakanlah gamismu yang menempel pada kulit engkau itu kepada ayahku.'"
Sufyan berkata, "Maka, orang-orang mengetahui bahwa Nabi mengenakan
gamisnya kepada Abdullah bin Ubay sebagai balasan terhadapnya yang dahulu
pernah memberikan gamis kepada Abbas."
675. Jabir bin Abdullah r.a. berkata, "Ketika Perang Uhud terjadi, aku dipanggil oleh ayahku pada waktu malam hari, kemudian dia berkata, 'Aku tidak melihat diriku melainkan akan terbunuh dalam peperangan ini, yaitu sebagai orang yang pertama-tama terbunuh di kalangan sahabat-sahabat Nabi. Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang dapat kutinggalkan sepeninggalku nanti yang lebih mulia untukmu selain dari Rasulullah. Karena aku mempunyai utang, maka lunasilah semua utangku dan berwasiatlah yang baik-baik kepada saudara-saudara wanitamu.' Pada keesokan harinya, ayahnya adalah orang yang pertama kali terbunuh. Kemudian ia dimakamkan bersama orang lain dalam satu kubur. Setelah agak lama berjalan, hatiku terasa tidak enak dan gelisah, karena ayahku dimakamkan menjadi satu kubur dengan orang lain. Maka, mayat ayahku aku keluarkan dari kuburnya sesudah dimakamkan selama enam bulan. Setelah kukeluarkan, ternyata keadaan ayahku seperti pada hari sewaktu kuletakkan di kubur dalam waktu sebentar saja, selain sedikit perubahan pada telinganya (kemudian kutaruh dalam suatu kubur tersendiri)."
Bab Ke-77: Liang Lahad dan Belahan Tanah dalam Kubur
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Jabir yang tercantum pada nomor 672 di muka.")
Bab Ke-78: Jika Seorang Anak Masuk Islam Lalu Meninggal Dunia,
Apakah Dishalati Jenazahnya? Apakah kepada Anak Perlu Ditawarkan untuk Masuk
Islam ?
Al-Hasan, Syuraih, Ibrahim, dan Qatadah berkata, "Apabila salah satu dari keduanya (ayah dan ibu), maka si anak mengikuti yang muslim."[59]
Ibnu Abbas r.a. bersama ibunya dari kalangan orang-orang lemah (tertindas), dan tidak bersama ayahnya mengikuti agama kaumnya.[60] Ia berkata, "Islam itu tinggi dan tidak dapat diungguli."[61]
Al-Hasan, Syuraih, Ibrahim, dan Qatadah berkata, "Apabila salah satu dari keduanya (ayah dan ibu), maka si anak mengikuti yang muslim."[59]
Ibnu Abbas r.a. bersama ibunya dari kalangan orang-orang lemah (tertindas), dan tidak bersama ayahnya mengikuti agama kaumnya.[60] Ia berkata, "Islam itu tinggi dan tidak dapat diungguli."[61]
676. Anas r.a. berkata, "Ada seorang Yahudi melayani Nabi,
kemudian ia jatuh sakit. Maka, Nabi datang menjenguknya, duduk di dekat
kepalanya seraya bersabda kepadanya, 'Masuk Islamlah.' Lalu, ia melihat ayahnya
yang ada di sisinya. Ayahnya berkata kepadanya, 'Taatilah Abul Qasim saw.' Lalu
ia masuk Islam, kemudian Nabi keluar seraya mengucapkan, 'Segala puji bagi
Allah yang telah menyelamatkan ia dari neraka.'"
677. Ibnu Abbas berkata, "Aku dan ibuku itu termasuk golongan yang lemah. Aku adalah dari golongan anak-anak dan ibuku dari golongan kaum wanita."
678. Ibnu Syihab berkata, "Setiap anak yang dilahirkan lalu meninggal dunia, maka harus dishalati, sekalipun ia belum tampak berperilaku lurus.[62]Karena anak itu sewaktu dilahirkan atas dasar fitrah Islam. Hal ini bisa terjadi karena kedua orang tuanya beragama Islam atau ayahnya saja, sekalipun ibunya tidak beragama Islam. Apabila si anak dilahirkan dalam keadaan bergerak-gerak dan bersuara (lalu meninggal dunia), maka ia harus dishalati. Jika tidak tampak gerakannya dan tidakterdengar suaranya, maka tidak perlu dishalati, karena anak itu termasuk gugur.
Sesungguhnya Abu Hurairah menceritakan bahwa Nabi bersabda, "Tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dilahirkan atas kesucian. Dua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi sebagaimana binatang itu dilahirkan dengan lengkap. Apakah kamu melihat binatang lahir dengan terputus (hidung, telinga, dan sebagainya)?" Kemudian Abu Hurairah membaca ayat, 'fithratallaahil-latii fatharannaasa 'alaihaa' 'Fitrah Allah yang Dia menciptakan manusia menurut fitrah itu'."
679. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dilahirkan atas kesucian. Maka, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang itu dilahirkan dengan lengkap, apakah kamu melihat binatang lahir dengan terputus (hidung, telinga, dan sebagainya)?" Kemudian Abu Hurairah membaca ayat, 'fithratallaahil-latii fatharannaasa 'alaihaa laa tabdiila likhalqillaahi dzaalikad-diinul qayyimu' 'Fitrah Allah yang Dia menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus'."
Bab Ke-79: Jika Orang Musyrik Mengucapkan, "Laa Ilaaha Illallaah", Ketika Akan Meninggal Dunia
680. Sa'id bin Musayyib dari ayah berkata, "Ketika Abu Thalib hampir meninggal dunia, Rasulullah berkunjung kepadanya. Disitu beliau berjumpa dengan Abu Jahal bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Mughirah. Rasulullah bersabda kepada Abu Thalib, 'Wahai pamanku, ucapkanlah, 'Laa ilaaha illallaah.' Suatu kalimat yang dengannya aku bersaksi (dalam satu riwayat: berargumentasi 5/208) untukmu di sisi Allah.' Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah berkata, 'Wahai Abu Thalib, apakah kamu benci terhadap agama Abdul Muthalib?' Rasulullah senantiasa menawarkan kalimat itu kepada Abu Thalib, namun kedua orang itu mengulangi kata-katanya itu. Sehingga, Abu Thalib mengucapkan kalimat yang terakhir bahwa ia tetap mengikuti agama Abdul Muthalib dan enggan untuk mengucapkan laa ilaaha illallaah. Lalu Rasulullah bersabda, 'Demi Allah, aku akan memohonkan ampunan untukmu, selama aku tidak dilarang.' Maka, Allah Ta'ala menurunkan ayat 112 surah at-Taubah, 'maa kaana linnabiyyi wal-ladziina aamanuu an yastaghfiruu lil-musyrikiina walau kaanuu ulii qurbaa min ba'di maa tabayyana lahum annamun ashhaabul jahiim' 'Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam.' Allah menurunkan ayat itu mengenai Abu Thalib, seraya berfirman kepada Rasul-Nya, 'innaka laa tahdii man ahbabta walaakinnallaaha yahdii man yasyaa' 'Sesungguhnya engkau tidak akan dapat memberikan petunjuk (hidayah/taufik untuk menjadikan hati mau menerima ajaran) kepada orang yang engkau cintai. Tetapi, Allahlah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki Nya'."(6/18)."
Bab Ke-80: Meletakkan Pelepah di Atas Kubur
Ibnu Umar r.a. melihat tenda di atas kubur Abdur Rahman, lalu ia
berkata, "Buanglah dia wahai anak muda, karena sesungguhnya dia akan dinaungi
oleh amalnya."[64]
Kharijah bin Zaid berkata, "Kami, anak-anak muda pada zaman
Utsman bin Affan memiliki rasa percaya diri yang besar. Orang yang paling hebat
di antara kami ialah yang dapat melompati kubur Utsman bin Mazh'un sehingga
dapat melintasinya."[65]
Utsman bin Hakim berkata, "Kharijah menggandeng tanganku,
lalu mendudukkan aku di atas kubur."[66] Ia memberitahukan kepadaku dari
pamannya, Zaid bin Tsabit, ia berkata, "Yang demikian itu tidak disukai
bagi orang yang mengada adakan demikian."
Bab Ke-81: Nasihat Orang yang Menyampaikan Petuah di Kubur
Sedang Kawan-kawannya Duduk di Sekelilingnya
681. Ali r.a. berkata, "Kami berada pada suatu jenazah di
tanah pekuburuan Gharqad. Kemudian Nabi datang kepada kami, lalu beliau duduk
dan kami pun duduk di sekitar beliau. Beliau membawa tongkat panjang (dalam
satu riwayat: ranting pohon 7/212) lalu memukul-mukulkannya (ke tanah 6/85)
kemudian bersabda, 'Tidak ada seorang pun di antara kamu, tidak ada jiwa yang
diciptakan, kecuali telah ditulis tempatnya di surga atau neraka, kecuali telah
ditulis celaka atau bahagia.' Seseorang berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah
tidak sebaiknya kita berserah diri saja atas catatan kita dan meninggalkan
amal? Karena barangsiapa di antara kita yang termasuk ahli kebahagiaan, maka ia
akan mengerjakan amal ahli kebahagiaan. Sedangkan, orang yang termasuk ahli
celaka, maka akan mengerjakan perbuatan orang-orang yang celaka?' Beliau
bersabda, 'Jangan, (beramallah, karena masing-masing akan dimudahkan kepada
sesuatu yang untuk itu ia diciptakan 6/86). Adapun yang ahli bahagia, mereka
akan dimudahkan untuk melakukan amal ahli bahagia. Orang yang ahli celaka, maka
akan dimudahkan kepada amalan orang yang celaka.' Kemudian beliau membaca ayat,
'fa ammaaa man a'thaa wattaqaa' 'Adapun yang mendermakan dan bertakwa'."
Bab Ke-82: Mengenai Orang yang Bunuh Diri
Bab Ke-83: Tidak Disukai Shalat atas Orang-Orang Munafik dan Beristighfar
untuk Orang-orang Musyrik
682. Umar ibnul Khaththab r.a. berkata, "Ketika Abdullah
bin Ubay bin Salul[69] meninggal, Rasulullah diminta
datang untuk menshalati jenazahnya. Ketika Rasulullah berdiri untuk shalat, aku
melompat kepada beliau dan berkata, 'Wahai Rasulullah, mengapa engkau shalat
untuk anak si Ubay itu, padahal pada hari ini dan hari ini dia mengatakan
begini dan begitu?' Lalu aku sebutkan kepada beliau semua perkara nya itu.
Rasulullah tersenyum dan bersabda, 'Hai Umar, biarkanlah aku.' Setelah
berulang-ulang aku mengatakan, maka beliau bersabda, 'Sesungguhnya aku boleh
memilih, maka aku telah memilih. Sekiranya aku tahu, kalau aku mohonkan ampunan
baginya lebih dari tujuh kali, niscaya dia akan diampuni, tentu aku akan
menambahnya.'" Umar berkata, "Kemudian Rasulullah menshalati jenazah
Abdullah bin Ubay, lalu salam. Tetapi, tidak beberapa lama sesudah itu,
turunlah ayat 84 surah at-Taubah (Bara'ah), 'walaa tushalli 'alaa ahadin minhum
maata abadan walaa taqum 'alaa qabrihi innahum kafaruu billaahi warasuulihi
wamaatuu wahum faasiquun' 'janganlah kamu sekali-kali menshalati (jenazah)
orang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di
kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka
mati dalam keadaan fasik.' Umar berkata, "Maka, aku merasa heran sesudah
turunnya ayat itu, mengapa aku begitu berani kepada Rasulullah pada hari itu.
Allah lebih mengetahui."
Bab Ke-84: Pujian atau Celaan Orang terhadap Mayat
Bab Ke-84: Pujian atau Celaan Orang terhadap Mayat
683. Anas bin Malik r.a. berkata, "Orang-orang melewati
jenazah (di hadapan Nabi 3/148), lalu mereka memujinya dengan kebaikan.[70] Lantas Nabi bersabda, 'Pasti.'
Kemudian mereka melewati jenazah lain, tapi mereka mengucapkan keburukan
atasnya. Maka, beliau bersabda, 'Pastilah.' Kemudian Umar ibnul Khaththab
bertanya kepada beliau, 'Apakah yang pasti itu?' Beliau menjawab, 'Ini kamu
puji dengan kebaikan, maka pastilah surga baginya. Sedangkan, ini yang kamu
katakan buruk atasnya, maka pastilah neraka baginya. Kalian adalah saksi Allah
di bumi.' (Dan dalam satu riwayat: kesaksian orang-orang yang beriman)."
684. Abul Aswad berkata, "Aku datang di Madinah dan di situ sedang terjangkit penyakit yang mengenai orang banyak. Aku lalu duduk di dekat Umar ibnul Khaththab. Kemudian ada jenazah lewat, lalu jenazah itu dipuji. Umar berkata, "Pastilah." Kemudian Abul Aswad bertanya kepada Umar ibnul Khaththab, "Wahai Amirul Mu'minin, apa yang pasti?" Umar ibnul Khaththab berkata, "Aku mengatakan sebagaimana yang di katakan Nabi yang bersabda, 'Muslim mana pun yang disaksikan oleh empat orang bahwa dia baik, maka Allah memasukkannya ke surga.' Kami bertanya, 'Tiga orang?' Beliau menjawab, 'Ya, tiga orang.' Kami bertanya, 'Dua orang?' Beliau menjawab, 'Ya, dua orang.' Kemudian kami tidak menanyakan tentang seorang."
Bab Ke-85: Keterangan-keterangan yang Ada Hubungannya dengan Siksa Kubur
Firman Allah Ta'ala, "Orang-orang yang zalim (berada) dalam
tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,
(sambil berkata), 'Keluarkanlah nyawamu!' Pada hari ini kamu dibalas dengan
siksaan yang sangat menghinakan." (al-An'aam: 93)
"Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan
dikembalikan kepada azab yang besar." (at-Taubah: 101)
"Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat
buruk. Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang. Pada hari
terjadinya kiamat, dikatakan kepada malaikat, 'Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya
ke dalam azab yang sangat keras.'" (al-Mu'min: 45-46)
685. Bara' bin Azib r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda,
"Apabila seorang mukmin didudukkan di dalam kuburnya, maka ia didatangi
(malaikat). Ia bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah. Maka, itulah firman Allah, 'yutsabbitul-laahul-ladziina
aamanuu bilqaulits-tsaabiti' 'Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan
perkataan yang teguh'." (Ayat ini turun mengenai azab kubur).
Bab Ke-86: Mohon Perlindungan dari Siksa Kubur
686. Abu Ayyub berkata, "Nabi keluar, sedang matahari telah
terbenam. Lalu, beliau mendengar suara, dan beliau bersabda, 'Orang-orang
Yahudi sedang disiksa dalam kuburnya.'"
687. Musa bin Uqbah berkata, "Aku diberitahu oleh (Ummu Khalid 7/158) anak wanita Khalid bin Said bin Ash (Musa berkata, "Aku tidak mendengar seorang pun mendengar dari Nabi selain dia) bahwa putri Khalid itu mendengar Nabi memohon perlindungan dari siksa kubur."
688. Abu Hurairah berkata, "Nabi selalu berdoa:
'Allaahumma innii a'uudzubika min 'adzaabil qabri wamin
'adzaabinnaari wamin fitnatil mahyaa wal mamaati wamin fitnatil masiihid
dajjaali' 'Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur,
siksa neraka, dari fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah al-Masih
Dajjal'."
Bab Ke-87: Siksa Kubur karena Menggunjing dan Kencing
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan
dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang tercantum pada nomor 131 di muka.")
Bab Ke-88: Diperlihatkan kepada Mayat Tempat yang Akan
Dimasukinya Nanti pada Waktu Pagi dan Petang
689. Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa Rasulullah
bersabda, "Sesungguhnya salah seorang di antaramu apabila sudah meninggal
dunia, maka akan ditampakkan tempat duduknya (tempat tinggalnya yang akan
ditempati pada hari kiamat) pada waktu pagi dan sore. Jika ia termasuk calon
penghuni surga, maka ditampakkan tempat duduknya dari penghuni surga. Dan, jika
termasuk calon penghuni neraka, maka ditampakkan tempat duduknya dari penghuni
neraka. Lalu dikatakan, 'Inilah tempat dudukmu (tempat tinggalmu) sehingga
Allah membangkitkan kamu pada hari kiamat.'"[71]
Bab Ke-89: Ucapan Mayat di Keranda Sebelum Dikubur
Bab Ke-89: Ucapan Mayat di Keranda Sebelum Dikubur
(Aku berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatlm
dengan isnadnya hadits Abu Sa'id al-Khudri yang tercantum pada nomor
661.")
Bab Ke-90: Mengenai Anak-Anak Kaum Muslimin
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda,
"Barangsiapa yang ditinggal mati oleh tiga orang anaknya yang belum
mencapai waktu balig, maka anak itu menjadi penghalang baginya dari neraka,
atau dia akan masuk surga."[72]
690. Al-Bara' r.a. berkata, "Ketika Ibrahim meninggal,
Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya Ibrahim mempunyai orang yang menyusuinya di
surga.'"
Bab Ke-9 1: Mengenai Anak-Anak Kaum Musyrikin
691. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah ditanya tentang
anak-anak musyrik, lalu beliau bersabda, 'Ketika Allah menciptakan mereka, Dia
lebih mengetahui tentang apa yang mereka kerjakan.'"
Bab Ke-92: Mati Pada Hari Senin
692. Aisyah r.a. berkata, "Aku masuk ke rumah Abu Bakar,[73] lalu dia bertanya, 'Berapa helai
engkau mengafani Nabi?' Aku menjawab, 'Tiga helai kain (Yaman 2/75) putih halus
dari benang. Tidak termasuk baju dam sorban.' Abu Bakar bertanya, 'Kapan beliau
meninggal?' Aku menjawab, 'Hari Senin.' Abu Bakar berkata, 'Aku berharap
(mudah-mudahan) mulai sekarang sampai malam nanti (aku meninggal dunia).' Dia
melihat kepada kain yang telah dilumuri dengan za'faran yang digunakan untuk
merawatnya. Dia berkata, 'Cucilah kainku ini dan tambah dua helai lagi untuk
kafanku.' Aku berkata, 'Kain ini telah usang.' Ia menjawab, 'Sesungguhnya orang
yang hidup lebih berhak terhadap pakaian yang baru daripada orang mati. Kain
itu hanya untuk sementara.' Pada malam Selasa dia wafat, dan dikebumikan
sebelum subuh."
Bab Ke-93: Meninggal Dunia Dengan Mendadak
693. Aisyah r.a. mengatakan bahwa seorang laki-laki berkata
kepada Nabi, "Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dengan mendadak.
Aku menduga seandainya ia berkata, niscaya ia bersedekah. Apakah ia memperoleh
pahala jika aku bersedekah atas namanya?" Beliau bersabda, "Ya, (bersedekahlah
untuknya 3/393)."
Bab Ke-94: Mengenai Kubur Nabi, Abu Bakar, dan Umar
694. Sufyan an Tammar mengatakan bahwa ia melihat kuburan Nabi
saw. agak ditinggikan sedikit.
695. Urwah berkata, "Ketika dinding kamar Aisyah roboh
sehingga menutup kubur mereka (Nabi, Abu Bakar, dan Umar) pada zaman
pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik, orang-orang mulai membangunkannya
kembali. Tiba-tiba tampaklah oleh mereka suatu jejak tapak kaki. Mereka
terperanjat ketakutan dan mereka mengira yang tampak itu adalah jejak kaki Nabi.
Mereka tidak mendapatkan seorang pun yang dapat menerangkan kaki siapa
sebenarnya yang tampak itu. Sehingga, Urwah berkata, 'Bukan, demi Allah, yang
tampak itu bukan kaki Nabi. Itu tiada lain kecuali kaki Umar."
696. Aisyah r.a. mengatakan bahwa ia memberikan wasiat kepada Abdullah ibnuz Zubair, "Janganlah kamu memakamkan aku bersama beliau-beliau (yakni Nabi, Abu Bakar, dan Umar). Tetapi, makamkanlah aku bersama sahabat-sahabat wanitaku (yakni para istri Nabi ) di Baqi'. Aku sama sekali tidak ingin dianggap sebagai orang suci karena dimakamkan bersama dengan beliau-beliau itu."
Bab Ke-95: Larangan Mencaci Maki Orang-orang yang Telah
Meninggal Dunia
697. Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda,
"Janganlah kamu mencaci maki orang-orang yang telah meninggal dunia.
Karena, sesungguhnya mereka telah sampai pada apa yang mereka dahulukan
(amalkan, baik atau buruk)."
semoga semua ini bisa bermanfaat untuk kita semua , semangat !
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Pengunjung
My Profil
Popular Posts
-
BLOK OSCILATOR DAN SINKRONISASI PADA TV CRT (CATODE RAY TUBE) OLEH: KELOMPOK 3 MUH. AYYUB ...
-
BIDANG PERKADERAN 1. Pengantar Alhamdulillah, segalah puji hamya milik Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan nikmat ...
-
BIDANG ASPRESIASI SENI BUDAYA DAN OLAH RAGA 1. Pendahuluan Alhamdulillah,segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa m...
IG
zainuddin1002
Recent Posts
Blog Archive
Powered by Blogger.
Postingan terbaru
IPM DENGAN CARANYA, SIKAPNYA, DAN KEIKHLASANNYA
“ IPM DENGAN CARANYA, SIKAPNYA, DENGAN KEIKHLASANNYA AKAN MEMBANGUN GENERASI PELAJAR BERKEMAJUAN DAN MENJADI PERCONTOHAN KARAKT...
Home Ads
zainuddin
Translate
Popular Posts
-
BLOK OSCILATOR DAN SINKRONISASI PADA TV CRT (CATODE RAY TUBE) OLEH: KELOMPOK 3 MUH. AYYUB ...
-
BIDANG PERKADERAN 1. Pengantar Alhamdulillah, segalah puji hamya milik Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan nikmat ...
-
Akulah seragam SMA kemeja putih polos dan siap di kotori pilox warna saat pemilikku lulus nanti Akulah seragam sma symbol masa mu...
-
Teman-teman mungkin pernah memasukkan data ke Flash Disk dan entah kenapa setelah ingin di ambil ataupun ingin di cek datanya tidak ada...
-
BIDANG PENGKAJIAN ILMU PENGETAHUAN 1. Pendahuluan Alhamdulillah,segalah puji bagi Allah SWT yang senangtiasa memberikan kita ...
-
BIDANG ASPRESIASI SENI BUDAYA DAN OLAH RAGA 1. Pendahuluan Alhamdulillah,segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa m...
-
BIDANG IPMAWATI 1. Pendahuluan Alhamdulillah,segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan nikmat...
-
PROGRAM KERJA ,REALISASI DAN PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PROGRAM PIMPINAN CABANG IPM BAREMBENG PERIODE 2015-2017 A. BIDANG KEPEMIMP...
-
Arung Palakka Melawan Sultan Hasanuddin Kali ini sy akan mencoba mengungkap kisah perlawanan antara Arung Palakka dengan Sultan Hasanuddi...
-
Sejarah Karaeng Pattingalloang Selasa, 30 Mei 2017 jam 10:59 di ruangan Laboratorium Komputer Pendidikan Teknik Elektronika UNM Pad...
0 komentar:
Post a Comment